NASKAH
DRAMA KISAH NABI AYUB AS
Take 1
Pengenalan tokoh :
a.
Nabi Ayub Oleh Rai Wulanjani
b.
Rahma Oleh Elis Nurahmi
c.
Iblis 1 Oleh Relistya Dwi Nuri Maudy
d.
Iblis 2 Oleh Dena Hasna Qontrunnada
e.
Iblis 3 Oleh Dhea Zanuba Rachma
f.
Warga 1 Oleh Devi Marlina
g.
Warga 2 Oleh Hanipah Nik Muslimah
h.
Narator oleh Dena Hasna Qotrunnada
Take 2
Narasi : Dena
Nabi Ayub adalah nabi ke dua belas. Ia adalah putera Ish
bin Ishak bin Ibrahim. Allah memberi karunia yang besar atas kesabaran Nabi
Ayub. Nabi Ayub memiliki harta yang berlimpah namun ia tidak pernah sombong.
Nabi ayub senantiasa beribadah tak henti hentinya pada Allah SWT.
Hal ini membuat iblis gerah. Iblis tidak senang melihat
ketaatan Nabi Ayub. Ia bertekad untuk menggoda Nabi Ayub, kemudian Allah
mengizinkannya agar Nabi Ayub menjadi teladan bagi umat manusia.
Iblis pun mengupulkan anak buahnya untuk menggoda Nabi
Ayub. Mereka menyusun rencana agar dapat menggelincirkan Nabi Ayub.
Take 3
Iblis
1
: “hai para iblis! Aku mempunyai rencana untuk membuat Nabi Ayub tidak taat
lagi pada Allah!”
Iblis
2
: “baiklah, apa rencanamu?”
Iblis
1
: “aku tugaskan kau, untuk memberi penyakit pada hewan ternak yang Ayub miliki”
(menunjuk pada iblis 2)
Iblis
3
: “akupun ingin ikut serta!”
Iblis
1
: “baiklah kalau begitu kau bakar rumah serta harta kekayaannya!”
Iblis
2&3
: “baik!”
Dena : Kemudian para iblis melakukan
rencana busuk mereka itu.
Ayub
: “Astaghfirullahaladziim” (setelah melihat apa yang terjadi)
Rahma
: “suamiku, apa yang terjadi?”
Ayub
: “tidak apa isteriku, jangan bersedih karena ini. Allah mengambil apa yang
memang miliknya. Kita harus tetap taat padaNya.”
Rahma
: “aku mengerti suamiku..”
Take 5
Kakek (iblis
1) : “wahai ayub, kasihan sekali nasibmu. Dalam sekejap kau
menjadi miskin. Padahal kau rajin beribadah, mengapa tuhanmu tidak menolongmu
sedikitpun? Untuk apa kau menyembahNya?”
Ayub
: “Pak tua, semuanya datang dari Allah dan akan kembali kepadaNya. Saya
bersyukur dapat merasakan karunianya selama ini.”
Take 6
Nabi Ayub tidak pernah mengeluh sedikitpun karena musibah
ini, ia malah terus giat beribadah pada Allah SWT. kemudian iblis merasa
jengkel karena rencananya tidak berhasil.
Iblis
1
: “rencana kita tak kunjung berhasil. Apa ada yang memiliki rencana?”
Iblis
3
: “bagaimana kalau kita bunuh anak-anak ayub?”
Iblis
1
: “ide cemerlang. Semua setuju?”
Iblis
2
: “aku setuju.”
Take 7
Kemudian iblis menjalankan rencananya lagi. Mereka
membunuh anak anak nabi ayub yang berada di tempat pengungsian. Mereka
merubuhkan bangunan itu dan anak anak Nabi Ayub pun meninggal.
Ayub
: (duduk termenung)
Iblis
2
: “hai, Ayub. Malang sekali nasibmu. Semua hartamu musnah, kini anak anakmu
juga. Rupanya tuhanmu tidak memedulianmu. Percuma kau menyembahnya. Toh, ia
tidak menolongmu.”
Ayub
: (tersenyum) “sesungguhnya, anak-anakku adalah milik Allah. Jika ia hendak
mengambilnya, itu hak-Nya. Saya tetap bersabar dan bersyukur.”
Take 8
Iblis kembali gagal dan jengkel. Ia kesal sekali karena
Nabi Ayub taat sekali. Namun ia masih belum menyerah. Ia menyuruh anak buahnya
untuk menjalankan rencana ketiga.
Iblis
1
: “giliran kalian lagi. Aku ingin, nabi ayub diberikan penyakit!”
Iblis
2
: “penyakit seperti apa?”
Iblis
3
: “bagaimana dengan penyakit yang membuat Ayub menjadi buruk rupa dan busuk?”
Iblis
2
: “ya! Dan para manusia itu tidak akan ada yang mau mendekatinya!”
Iblis
1
: “baiklah, aku setuju.”
Take 8
Kemudian iblis menaburkan kuman penyakit pada Nabi Ayub.
Ia sulit bergerak, dadanya sesak, tulangnya seperti remuk. Kemudian seluruh
kulitnya dipenuhi bintik bintik merah yang lama kelamaan menjadi koreng yang
tidak sedap baunya. Nabi Ayub kemudian dikucilkan dan diusir dari kampung
tempat tinggalnya.
Warga
1
: “hey ayub enyahlah kau dari kampung ini.”
Rahma
: “mengapa begitu?”
Warga
2
: “tentu saja kami tidak ingin tertular penyakit busuk suamimu itu!”
Rahma
: “tidakkah kalian memberi kami kesempatan? Suamiku sebentar lagi pasti
sembuh!”
Warga
1
: “ya! Suamimu sembuh dan tak lama lagi orang lain akan tertular.”
Rahma
: “tidak seperti itu—“
Ayub
: “Rahma, isterku, sudah sebaiknya kita pergi. Aku tak ingin mereka tertular
penyakit”
Warga
1
: “nah lihatlah sendiri! Ia saja ingin pergi.”
Rahma
: “tidak! Kau akan sembuh!”
Ayub
: “kita harus pergi. Jika kau tidak ingin pergi bersamaku, tidak apa. Aku
ikhlas.”
Rahma
: “baik suamiku, aku akan ikut bersamamu. Aku akan merawatmu sampai kau
sembuh.”
Ayub
: (tersenyum)
Warga
1&2 : “pergi kalian
dasar busuk!”
Take 9
Rahma dengan sabarnya menuntun Nabi Ayub meninggalkan
kampungnya. Mereka pergi ke tempat yang jauh dari hiruk pikuk umat manusia yang
tidak bisa menerima Ayub.
-
Tak terasa, sudah 7 tahun mereka hidup seperti itu. 7
tahun juga penyakit Nabi Ayub tak kunjung sembuh. Namun ia tidak pernah
berhenti beribadah, ia selalu taat pada Allah SWT bagaimanapun keadaanya.
Rahma
: “suamiku, mengapa kau tak meminta kesembuhan pada Allah?”
Ayub
: “tidak, isteriku. Aku merasa malu untuk memohon kesembuhan. Aku baru sakit
selama tujuh tahun, tapi aku telah merasakan kesehatan dan kekayaan yang Allah
anugerahkan selama 80 tahun.”
Rahma
: “aku mengerti. Sungguh kau sabar sekali, suamiku”
Ayub
: “kau juga. Kau menjagaku selama ini, merawatku dan memberi kasih sayang.”
Rahma
: (tersenyum) “suamiku, izinkan aku keluar sebentar untuk membeli makanan.”
Ayub
: (mengangguk)
Take 10
Terbesit di benak Rahma untuk meninggalkan Nabi Ayub saat
itu. Iblis pun mendekat.
Iblis
3
: “hai, Rahma. Tinggalkan saja suamimu. Lihatlah kondisinya. Tidak ada harapan
sembuh. Kau hanya membuang waktumu untuk susah payah mengurusnya.”
Rahma
: (menggelengkan kepala)
Disisi lain, di dalam rumah Ayub.
Ayub
: “Rahma, isteriku? Rahma? Rahma? Rahma?”
“Apa yang terjadi? Apakah ia telah meninggalkanku? Jika iya, dan ia
kembali lagi aku berjanji akan mencambuknya seratus kali.”
Take 11
Kemudian Nabi Ayub meminta kesembuhan pada Allah SWT. Dan
Allah mengabulkan doanya. Nabi Ayub diperintahkan untuk menghantarkan kakinya
ke tanah dan memancarlah air. Kemudian ia minum dan berendam di air itu.
Seketika penyakitnya sembuh.
-
Ketika Rahma kembali ia begitu kaget melihat siapa yang
ada di rumahnya.
Rahma
: “Siapa kau? Dimana suamiku?”
Ayub
: “akulah ayub, suamimu. Allah telah menyembuhkan penyakitku.”
Rahma
: “Alhamdulillah hirabbil ‘alamin! Suamiku aku sangat bahagia. Maafkan aku, aku
sempat berfikir untuk meninggalkanmu.”
Ayub
: “tidak apa. Terimakasih kau sudah berusaha keras untuk tetap berada disisiku.
Namun aku harus menepati janjiku. Bila kau kembali, aku harus mencambukmu 100
kali.”
Nabi Ayub kemudian mengambil segenggam rumput, lalu
dicambukkannya pada Rahma sebanyak 100 kali.
Nabi Ayub diberi anugerah atas kesabaran dan ketaatannya.
Ia kembali mendapatkan kekayaannya dan keturunannya bahkan kekayaannya lebih
banyak dari sebelumnya. Nabi Ayub bahagia hidup bersama anak dan istrinya, ia
juga bersyukur dapat melewati ujian Allah dengan baik. Ia terus melanjutkan
tugasnya berdakwah, menyebarkan agama Allah pada kaumnya.
TAMAT
QS. Al-Anbiya : 83-84 dan Qs. Shaad : 41
Terjemah ayat-ayat itu adalah :
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang”. Maka Kami pun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah. (QS 21:83:84)
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru
Tuhannya; “Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan
siksaan”. (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk
untuk mandi dan untuk minum.Dan Kami anugerahi dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak
mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai pikiran. (QS 38 :41-42-43).
0 komentar:
Posting Komentar